Selasa, 04 November 2014


Misteri Keistimewaan Hajar Azwad


Neil Amstrong telah membuktikan bahwa kota Mekah adalah pusat dari planet Bumi. Fakta ini telah di diteliti melalui sebuah penelitian Ilmiah. Ketika Neil Amstrong untuk pertama kalinya melakukan perjalanan ke luar angkasa dan mengambil gambar planet Bumi, di berkata : “Planet Bumi ternyata menggantung di area yang sangat gelap, siapa yang menggantungnya ?.”
Para astronot telah menemukan bahwa planet Bumi itu mengeluarkan semacam radiasi, secara resmi mereka mengumumkannya di Internet, tetapi sayang nya 21 hari kemudian website tersebut raib yang sepertinya ada asalan tersembunyi dibalik penghapusan website tersebut.

Setelah melakukan penelitian lebih lanjut, ternyata radiasi tersebut berpusat di kota Mekah, tepatnya berasal dari Ka’Bah. Yang mengejutkan adalah radiasi tersebut bersifat infinite ( tidak berujung ), hal ini terbuktikan ketika mereka mengambil foto planet Mars, radiasi tersebut masih berlanjut terus. Para peneliti Muslim mempercayai bahwa radiasi ini memiliki karakteristik dan menghubungkan antara Ka’Bah di di planet Bumi dengan Ka’bah di alam akhirat.
Di tengah-tengah antara kutub utara dan kutub selatan, ada suatu area yang bernama ‘Zero Magnetism Area’, artinya adalah apabila kita mengeluarkan kompas di area tersebut, maka jarum kompas tersebut tidak akan bergerak sama sekali karena daya tarik yang sama besarnya antara kedua kutub.

Itulah sebabnya jika seseorang tinggal di Mekah, maka ia akan hidup lebih lama, lebih sehat, dan tidak banyak dipengaruhi oleh banyak kekuatan gravitasi. Oleh sebab itu lah ketika kita mengelilingi Ka’Bah, maka seakan-akan diri kita di-charged ulang oleh suatu energi misterius dan ini adalah fakta yang telah dibuktikan secara ilmiah.

Penelitian lainnya mengungkapkan bahwa batu Hajar Aswad merupakan batu tertua di dunia dan juga bisa mengambang di air. Di sebuah musium di negara Inggris, ada tiga buah potongan batu tersebut ( dari Ka’Bah ) dan pihak musium juga mengatakan bahwa bongkahan batu-batu tersebut bukan berasal dari sistem tata surya kita.
Dalam salah satu sabdanya, Rasulullah SAW bersabda, “Hajar Aswad itu diturunkan dari surga, warnanya lebih putih daripada susu, dan dosa-dosa anak cucu Adamlah yang menjadikannya hitam. ( Jami al-Tirmidzi al-Hajj (877) )

Minggu, 02 November 2014


Isbal dan jenggot


Allah ta’ala telah memerintahkan kepada kita untuk mentaati-Nya dan mentaati Rasul-Nya shallallaahu’alaihi wasallam. Dan diantara bentuk ketaatan kita kepada Allah dan Rasul-Nya adalah memakai kain di atas mata kaki dan memelihara jenggot.. Adapun hukum asal memakai kain dan perhiasan adalah mubah, dan tidak diharamkan kecuali jika ada dalil yang menunjukkannya. Allah ta’ala berfirman :

“Katakanlah: “Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezki yang baik?” Katakanlah: “Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat.” Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui. (Al A’raaf : 32 )
Namun Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam memberikan ketentuan dalam memakai kain agar tidak menjulur ke bawah mata kakinya karena hal itu dilarang dan termasuk perbuatan dosa. Adapun kain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ujung kainnya sampai ke tengah betisnya, ke atas sedikit atau di bawah tengah betis sampai kedua mata kakinya. Diantara dalil-dalilnya adalah sebagai berikut :

Dari Utsman bin ‘Affaan radhiyallaahu ‘anhu berkata : ” Kain Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam sampai ke tengah betisnya.” (HR. Muslim) Dan sabda beliau : “Kainnya seorang muslim adalah sampai ke tengah betisnya.” (HR Ahmad dan Abu Uwanah)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata : Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : ” Kainnya seorang mu’min sampai otot betisnya, kemudian ke tengah betisnya kemudian sampai ke kedua mata kakinya, dan yang di bawahnya (di bawah mata kaki) maka dia di neraka.”
Dari Abu Sa’id Al Khudri berkata : Rasulullah shallallaahu’alaihi wasallam bersabda : ” Kainnya seorang mu’min adalah sampai kedua betisnya, tidak mengapa antara betis dengan dua mata kaki..” (HR. Ahmad dengan sanad shahih)

Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu berkata : Bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Kain itu sampai setengah betis.” Ketika dilihatnya hal itu memberatkan kaum muslimin, beliau bersabda : “Sampai kedua mata kakinya, tidak ada kebaikan apa yang ada di bawah kedua mata kaki.”
Dan hadits-hadits tentang larangan isbal (memakai kain di bawah mata kaki) sampai derajat mutawatir secara ma’nawi dalam kitab shahih, sunan juga masanid dan yang lainnya. Syaikh Abdul Muhsin Al Abbaad hafidhahullah (Ulama dan Muhadits Madinah sekarang ini) ketika ditanya tentang menjulurkan kain melebihi mata kaki dengan tidak sombong, maka beliau menjawab : Isbal itu buruk meski tidak sombong dan jika dibarengi kesombongan maka itu lebih buruk.

Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Amr bin Maimun radhiyallahu’anhu bahwa ketika Khalifah Umar bin Khathab radhiyallahu’anhu ditusuk perutnya ketika sholat shubuh oleh Abu Lu’luah Al Majusi budaknya sahabat Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu’anhu,
kemudian diangkat ke rumahnya kemudian diberi minum air kurma dan diminumnya maka keluar dari tenggorokannya, kemudian diberi air susu maka beliau meminumnya dan keluar dari lukanya. Banyak manusia memujinya dan datanglah seorang anak muda dan berkata : “Bergembiralah wahai Amirul Mu’minin dengan berita gembira dari Allah untukmu, dari bersahabat dengan Rasulullah
shallallaahu’alaihi wasallam dan apa yang baktikan untuk islam apa engkau telah lakukan kemudian engkau berkuasa dan berlaku adil serta mendapatkan syahadah (mati syahid).” Beliau menjawab : “Saya berharap hal itu cukup untukku (impas)” Ketika anak muda itu pergi dilihatnya kainnya menyentuh tanah, kemudian beliau berkata : Kembalikan anak muda itu kepadaku.” Dan beliau berkata : ” Wahai anak saudaraku ! Angkat kainmu maka itu lebih kekal untuk pakaianmu dan lebih suci untuk Rabbmu.”
Maka betapa perhatian beliau terhadap kain yang menjulur melewati mata kaki (isbal) padahal dalam kondisi terluka parah, karena isbal merupakan dosa besar yang Rasulullah shallallaahu’alaihi wasallam mengancamnya dengan api neraka. Wallaahu a’lam bi shawaab.

Penampilan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dengan Celana Setengah Betis
Perlu diketahui bahwasanya celana di atas mata kaki adalah sunnah dan ajaran Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam. Hal ini dikhususkan bagi laki-laki, sedangkan wanita diperintahkan untuk menutup
telapak kakinya. Kita dapat melihat bahwa pakaian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu berada di
atas mata kaki sebagaimana dalam keseharian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dari Al Asy’ats bin Sulaim, ia berkata :
فَإذَِا هُوَ رَسُوْلُ لله « اِرْفَعْ إِزَارَكَ ، فَإِنَّهُ أَنْقَى » : سَمِعْتُ عَمَّتِي ، تُحَدِّثُ عَنْ عَمِّهَا قَالَ : بَيْنَا أنََا أمَْشِي بِالمَدِيْنَةِ ، إذَِا إنِْسَانٌ خَلْفِي يَقوُْلُ
فَنَظَرْتُ فَإِذَا إِزَارَهُ إِلَى نِصْفِ سَاقَيْهِ « ؟ أمََّا لكََ فِيَّ أسُْوَة » : صَلىَّ لله عَليَْهِ وَسَلمََّ فَقلُْتُ : يَا رَسُوْلَ لله إنَِّمَا هِيَ بُرْدَة مَلْحَاءُ) قَالَ
Saya pernah mendengar bibi saya menceritakan dari pamannya yang berkata, “Ketika saya sedang
berjalan di kota Al Madinah, tiba-tiba seorang laki-laki di belakangku berkata, ’Angkat kainmu,
karena itu akan lebih bersih.’ Ternyata orang yang berbicara itu adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Aku berkata,”Sesungguhnya yang kukenakan ini tak lebih hanyalah burdah yang bergarisgaris
hitam dan putih”. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah engkau tidak
menjadikan aku sebagai teladan?” Aku melihat kain sarung beliau, ternyata ujung bawahnya di
pertengahan kedua betisnya.” (Lihat Mukhtashor Syama’il Muhammadiyyah, hal. 69, Al Maktabah Al
Islamiyyah Aman-Yordan. Beliau katakan hadits ini shohih)
Dari Hudzaifah bin Al Yaman, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memegang
salah satu atau kedua betisnya. Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
زَارِ فِي الْكَعْبَيْنِ ◌ْ هَذَا مَوْضِعُ الإِزَارِ فَإِنْ أَبِيْتَ فَأَسْفَلَ فَإِنْ أَبِيْتَ فَلاَ حَقَّ لِلإِ
“Di sinilah letak ujung kain. Kalau engkau tidak suka, bisa lebih rendah lagi. Kalau tidak suka juga,
boleh lebih rendah lagi, akan tetapi tidak dibenarkan kain tersebut menutupi mata kaki.” (Lihat
Mukhtashor Syama’il Al Muhammadiyyah, hal.70, Syaikh Al Albani berkata bahwa hadits ini shohih)
Dari dua hadits ini terlihat bahwa celana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu berada di atas mata kaki sampai pertengahan betis. Boleh bagi seseorang menurunkan celananya, namun dengan syarat tidak sampai menutupi mata kaki. Ingatlah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sebagai teladan terbaik bagi kita dan bukanlah professor atau doctor atau seorang master yang dijadikan teladan. Allah Ta’ala berfirman, لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ للهَِّ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو للهََّ وَالْيَوْمَ الْآَخِرَ وَذَكَرَ للهَّ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al Ahzab [60] : 21)
Menjulurkan Celana Hingga Di Bawah Mata Kaki (Isbal)
Perhatikanlah hadits-hadits yang kami bawakan berikut ini yang sengaja kami bagi menjadi dua
bagian. Hal ini sebagaimana kami ikuti dari pembagian Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin
rahimahullah dalam kitab beliau Syarhul Mumthi’ pada Bab Satrul ‘Awrot.
Pertama: Menjulurkan celana di bawah mata kaki dengan sombong
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لا ينَظْرُ للهَّ إلِىَ منَْ جرَ ثوَْبهَ خيُلَاءَ “Allah tidak akan melihat kepada orang yang menyeret pakaianya dalam keadaan sombong.” (HR.
Muslim no. 5574).
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma juga, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الَّذِى يَجُرُّ ثِيَابَهُ مِنَ الْخُيَلاَءِ لاَ يَنْظُرُ للهَُّ إِلَيْهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Sesungguhnya orang yang menyeret pakaiannya dengan sombong, Allah tidak akan melihatnya
pada hari kiamat.” (HR. Muslim no. 5576)
Masih banyak lafazh yang serupa dengan dua hadits di atas dalam Shohih Muslim.
Dari Abu Dzar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَلاَثَةٌ لاَ يُكَلِّمُهُمُ للهَُّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلاَ يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ وَلاَ يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Ada tiga orang yang tidak diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat nanti, tidak dipandang, dan tidak
disucikan serta bagi mereka siksaan yang pedih.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut tiga kali perkataan ini. Lalu Abu Dzar berkata,
خَابُوا وَخَ سِرُوا مَنْ هُمْ يَا رَسُولَ للهَّ “Mereka sangat celaka dan merugi. Siapa mereka, Ya Rasulullah?”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
الْمُسْبِلُ وَالْمَنَّانُ وَالْمُنَفِّقُ سِلْعَتَهُ بِالْحَلِفِ الْكَاذِبِ
“Mereka adalah orang yang isbal, orang yang suka mengungkit-ungkit pemberian dan orang yang
melariskan dagangannya dengan sumpah palsu.” (HR. Muslim no. 306). Orang yang isbal (musbil)
adalah orang yang menjulurkan pakaian atau celananya di bawah mata kaki.
Kedua: Menjulurkan celana di bawah mata kaki tanpa sombong
Dari Abu Huroiroh radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا أَسْفَلَ مِنَ الْكَعْبَيْنِ مِنَ الإِزَارِ فَفِى النَّارِ
“Kain yang berada di bawah mata kaki itu berada di neraka.” (HR. Bukhari no. 5787)
Dari hadits-hadits di atas terdapat dua bentuk menjulurkan celana dan masing-masing memiliki
konsekuensi yang berbeda. Kasus yang pertama -sebagaimana terdapat dalam hadits Ibnu Umar di
atas- yaitu menjulurkan celana di bawah mata kaki (isbal) dengan sombong. Hukuman untuk kasus
pertama ini sangat berat yaitu Allah tidak akan berbicara dengannya, juga tidak akan melihatnya dan
tidak akan disucikan serta baginya azab (siksaan) yang pedih. Bentuk pertama ini termasuk dosa
besar.

Kasus yang kedua adalah apabila seseorang menjulurkan celananya tanpa sombong. Maka ini juga
dikhawatirkan termasuk dosa besar karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengancam perbuatan
semacam ini dengan neraka.
Perhatikan bahwasanya hukum di antara dua kasus ini berbeda. Tidak bisa kita membawa hadits
muthlaq dari Abu Huroiroh pada kasus kedua ke hadits muqoyyad dari Ibnu Umar pada kasus
pertama karena hukum masing-masing berbeda. Bahkan ada sebuah hadits dari Abu Sa’id Al Khudri
yang menjelaskan dua kasus ini sekaligus dan membedakan hukum masing-masing. Lihatlah hadits
yang dimaksud sebagai berikut.
إِزْرَةُ الْمُسْلِمِ إِلَى نِصْفِ السَّاقِ وَلاَ حَرَجَ - أوَْ لا جُنَاحَ - فيِمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْكَعْبَيْنِ مَا كَانَ أسَْفَلَ مِ نَ الْكَعْبَيْنِ فَهُوَ فِى النَّارِ مَنْ جَرَّ إِزَارَهُ
بطَرَاً لمَ ينَظْرُِ للهَّ إلِيَهْ “Pakaian seorang muslim adalah hingga setengah betis. Tidaklah mengapa jika diturunkan antara
setengah betis dan dua mata kaki. Jika pakaian tersebut berada di bawah mata kaki maka tempatnya
di neraka. Dan apabila pakaian itu diseret dalam keadaan sombong, Allah tidak akan melihat
kepadanya (pada hari kiamat nanti).” (HR. Abu Daud no. 4095. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al
Albani dalam Shohih Al Jami’ Ash Shogir, 921)
Jika kita perhatikan dalam hadits ini, terlihat bahwa hukum untuk kasus pertama dan kedua berbeda. Sebagian ulama ada yang berpendapat bahwa jika menjulurkan celana tanpa sombong maka hukumnya makruh karena menganggap bahwa hadits Abu Huroiroh pada kasus kedua dapat dibawa ke hadits Ibnu Umar pada kasus pertama. Maka berarti yang dimaksudkan dengan menjulurkan celana di bawah mata kaki sehingga mendapat ancaman (siksaan) adalah yang menjulurkan celananya dengan sombong. Jika tidak dilakukan dengan sombong, hukumnya makruh. Hal inilah yang dipilih oleh An Nawawi dalam Syarh Muslim dan Riyadhus Shalihin, juga merupakan pendapat Imam Syafi’i serta pendapat ini juga dipilih oleh Syaikh Abdullah Ali Bassam di Tawdhihul Ahkam min Bulughil Marom -semoga Allah merahmati mereka-. Namun, pendapat ini kurang tepat. Jika kita melihat dari hadits-hadits yang ada menunjukkan bahwa hukum masing-masing kasus berbeda. Jika hal ini dilakukan dengan sombong, hukumannya sendiri. Jika dilakukan tidak dengan sombong, maka kembali ke hadits mutlak yang menunjukkan adanya ancaman neraka. Bahkan dalam hadits Abu Sa’id Al Khudri dibedakan hukum di antara dua kasus ini. Perhatikan baik-baik hadits Abu Sa’id di atas: Jika pakaian tersebut berada di bawah mata kaki maka tempatnya di neraka. Dan apabila pakaian itu diseret dalam keadaan sombong, Allah tidak akan melihat kepadanya (pada hari kiamat nanti). Jadi, yang menjulurkan celana dengan sombong ataupun tidak, tetap mendapatkan hukuman. Wallahu a’lam bish showab. Catatan: Perlu kami tambahkan bahwa para ulama yang menyatakan makruh seperti An Nawawi dan lainnya, mereka tidak pernah menyatakan bahwa hukum isbal adalah boleh kalau tidak dengan sombong. Mohon, jangan disalahpahami maksud ulama yang mengatakan demikian. Ingatlah bahwa para ulama tersebut hanya menyatakan makruh dan bukan menyatakan boleh berisbal. Ini yang banyak salah dipahami oleh sebagian orang yang mengikuti pendapat mereka. Maka hendaklah perkara makruh itu dijauhi, jika memang kita masih memilih pendapat yang lemah tersebut. Janganlah terus-menerus dalam melakukan yang makruh. Semoga Allah memberi taufik kepada kita semua. Sedikit Kerancuan, Abu Bakar Pernah Menjulurkan Celana Hingga di Bawah Mata Kaki Bagaimana jika ada yang berdalil dengan perbuatan Abu Bakr di mana Abu Bakr dahulu pernah menjulurkan celana hingga di bawah mata kaki? Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah pernah mendapat pertanyaan semacam ini, lalu beliau memberikan jawaban sebagai berikut. Adapun yang berdalil dengan hadits Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu, maka kami katakan tidak ada baginya hujjah (pembela atau dalil) ditinjau dari dua sisi. Pertama, Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu mengatakan, ”Sesungguhnya salah satu ujung sarungku biasa melorot kecuali jika aku menjaga dengan seksama.” Maka ini bukan berarti dia melorotkan (menjulurkan) sarungnya karena kemauan dia. Namun sarungnya tersebut melorot dan selalu dijaga. Orang-orang yang isbal (menjulurkan celana hingga di bawah mata kaki, pen) biasa menganggap
bahwa mereka tidaklah menjulurkan pakaian mereka karena maksud sombong. Kami katakan
kepada orang semacam ini : Jika kalian maksudkan menjulurkan celana hingga berada di bawah mata
kaki tanpa bermaksud sombong, maka bagian yang melorot tersebut akan disiksa di neraka. Namun
jika kalian menjulurkan celana tersebut dengan sombong, maka kalian akan disiksa dengan azab
(siksaan) yang lebih pedih daripada itu yaitu Allah tidak akan berbicara dengan kalian pada hari
kiamat, tidak akan melihat kalian, tidak akan mensucikan kalian dan bagi kalian siksaan yang pedih.
Kedua, Sesungguhnya Abu Bakr sudah diberi tazkiyah (rekomendasi atau penilaian baik) dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sudah diakui bahwa Abu Bakr tidaklah melakukannya karena
sombong. Lalu apakah di antara mereka yang berperilaku seperti di atas (dengan menjulurkan celana
dan tidak bermaksud sombong, pen) sudah mendapatkan tazkiyah dan syahadah (rekomendasi)?!
Akan tetapi syaithon membuka jalan untuk sebagian orang agar mengikuti ayat atau hadits yang
samar (dalam pandangan mereka, pen) lalu ayat atau hadits tersebut digunakan untuk
membenarkan apa yang mereka lakukan. Allah-llah yang memberi petunjuk ke jalan yang lurus
kepada siapa yang Allah kehendaki. Kita memohon kepada Allah agar mendapatkan petunjuk dan
ampunan. (Lihat Fatawal Aqidah wa Arkanil Islam, Darul Aqidah, hal. 547-548).

Marilah Mengagungkan dan Melaksanakan Ajaran Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
Allah Ta’ala berfirman,
مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ للهَّ “Barangsiapa yang menta'ati Rasul, sesungguhnya ia telah menta'ati Allah.” (QS. An Nisa’ [4] : 80)
فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintahnya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa
azab yang pedih.” (QS. An Nur [24] : 63)
وَإِنْ تُطِيعُوهُ تَهْتَدُوا وَمَا عَلَى الرَّسُولِ إِلَّا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ
“Dan jika kamu ta'at kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tidak lain kewajiban rasul itu
melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.” (QS. An Nur [24] : 54)
Hal ini juga dapat dilihat dalam hadits Al ‘Irbadh bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu seolah-olah inilah
nasehat terakhir Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menasehati
para sahabat radhiyallahu ‘anhum,
فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ
“Berpegangteguhlah dengan sunnahku dan sunnah khulafa’ur rosyidin yang mendapatkan petunjuk
(dalam ilmu dan amal). Pegang teguhlah sunnah tersebut dengan gigi geraham kalian.” (HR. Abu
Daud, At Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban. At Tirmidizi mengatakan hadits ini hasan shohih. Syaikh
Al Albani mengatakan hadits ini shohih. Lihat Shohih At Targhib wa At Tarhib no. 37)
Salah seorang khulafa’ur rosyidin dan manusia terbaik setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu
Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu mengatakan,
لَسْتُ تَارِكًا شَيْئًا كَانَ رَسُوْلُ لله صَلىَّ لله عَليَْهِ وَ سَلمََّ يَعْمَلُ بِهِ إِلَّا عَمِلْتُ بِهِ إِنِّي أَخْشَى إِنْ تَرَكْتُ شَيْئًا مِنْ أَمْرِهِ أَنْ أَزِيْغَ
”Aku tidaklah biarkan satupun yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam amalkan kecuali aku
mengamalkannya karena aku takut jika meninggalkannya sedikit saja, aku akan menyimpang.” (Lihat
Shohih wa Dho’if Sunan Abi Daud, Syaikh Al Albani mengatakan bahwa atsar ini shohih)
Sahabat Sangat Perhatian dengan Masalah Celana
Sebagai penutup dari pembahasan ini, kami akan membawakan sebuah kisah yang menceritakan
sangat perhatiannya salaf (shahabat) dengan masalah celana di atas mata kaki, sampai-sampai di
ujung kematian masih memperingatkan hal ini.
Dalam shohih Bukhari dan shohih Ibnu Hibban, dikisahkan mengenai kematian Umar bin Al
Khaththab setelah dibunuh seseorang ketika shalat. Lalu orang-orang mendatanginya di saat
menjelang kematiannya. Lalu datanglah pula seorang pemuda. Setelah Umar ngobrol sebentar
dengannya, ketika dia beranjak pergi, terlihat pakaiannya menyeret tanah (dalam keadaan isbal).
Lalu Umar berkata,
رُدُّوا عَلَىَّ الْغُلاَمَ
“Panggil pemuda tadi!” Lalu Umar berkata,
ابْنَ أَخِى ارْفَعْ ثَوْبَكَ ، فَإِنَّهُ أَبْقَى لِثَوْبِكَ وَأَتْقَى لِرَبِّكَ ،
“Wahai anak saudaraku. Tinggikanlah pakaianmu! Sesungguhnya itu akan lebih mengawetkan
pakaianmu dan akan lebih bertakwa kepada Rabbmu.”
Jadi, masalah isbal (celana menyeret tanah) adalah perkara yang amat penting. Jika ada yang
mengatakan ‘kok masalah celana saja dipermasalahkan?’ Maka cukup kisah ini sebagai jawabannya.
Kita menekankan masalah ini karena salaf (shahabat) juga menekankannya. -Semoga kita
dimudahkan dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah-
2TAdapun tentang memelihara jenggot maka berikut ini dalil-dalilnya :
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dalam kedua kitab shahihnya dan yang lainnya dari Abdullah bin Umar 0Tradhiyallaahu’anhuma0T berkata : Telah bersabda Rasulullah 0Tshallallaahu’alaihi wasallam0T : ” Waffiru (biarkan) jenggot dan rapikanlah kumis.” Dalam riwayat lain :”Rapikan kumis dan a’fuu (biarkan) jenggot” dalam riwayat lain : ” Anhikuu (rapikan) kumis dan biarkan jenggot.”
Jenggot adalah rambut yang tumbuh pada kedua pipi dan janggut. Berkata Ibnu Hajar: waffiru yakni dibiarkan menjulur, dan I’faaul lihyah artinya : biarkanlah apa adanya. Dan
menyelisihi orang-orang musyrik dijelaskan dengan hadits Abu Hurairah
radhiyallaahu’anhu : Bahwa orang musyrik membiarkan kumis-kumis mereka dan mencukur jenggot-jenggot mereka, maka selisihilah mereka, biarkanlah jenggot dan rapikanlah kumis.” (HR. Bazzaar dengan sanad hasan). Dan dalam riwayat Muslim dari Abu Hurairah radhiyallaahu’anhu : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu’alaihi wasallam : “Selisihilah orang Majusi.” Karena mereka memendekkan jenggot mereka dan memanjangkan kumis mereka. Dalam riwayat Ibnu Hibban dari Ibnu Umar radhiyallaahu ‘anhuma berkata : Rasulullah shallallaahu’alaihi wasallam menyebutkan orang Majusi maka beliau bersabda : “Mereka memanjangkan kumis dan mencukur jenggot mereka, maka selisihilah mereka.”. Dan riwayat Ibnu Hibban juga dari Abu Hurairah berkata : Rasulullah shallallaahu’alaihi wasallam bersabda : ” Diantara fitrah Islam adalah : memotong kumis dan membiarkan jenggot, sesungguhnya orang Majusi membiarkan kumis dan memotong jenggot mereka maka selisihilah mereka, potonglah kumis dan biarkanlah jenggot kalian.”. dalam shahih Muslim dari Ibnu Umar radhiyallaahu ‘anhuma dari Nabi shallallaahu’alaihi wasallam bersabda : “Kita diperintahkan untuk memotong kumis dan membiarkan jenggot.”
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah : Diharamkan mencukur jenggot. Berkata Imam Qurtubi : Tidak boleh mencukurnya (jenggot), mencabutnya dan mengguntingnya. Abu Muhammad Ibnu Hazm menyebutkan ijma’ bahwa memotong kumis dan memanjangkan jenggot adalah wajib. Beliau berdalil dengan hadits Ibnu Umar : “Selisihilah orang musyrik, potonglah kumis dan panjangkan njenggot.” Dan hadits Zaid bin Arqam yang marfu’ : “Barang siapa yang tidak memotong kumisnya maka bukan termasuk golongan kami.” Dishahihkan oleh Tirmidzi dan yang lainnya. Dalam kitab Al Furu’ : Ungkapan ini menurut ulama kami menunjukkan haram. Dalam kitab Al Iqna’ : Diharamkan untuk dicukur. Dan diriwayatkan oleh Thabrani dari Ibnu Abbas radhiyallaahu ‘anhuma dari Nabi shallallaahu’alaihi wasallam bersabda : “Barang siapa yang mencukur rambut (jenggotnya) maka tidak ada baginya bagian di sisi Allah.” Berkata Zamahsyari : Yakni mencukurnya dari pipi atau menyemirnya dengan warna hitam. Berkata (Ibnul Atsir) dalam Nihayah : mencukurnya dari pipi atau mencabutnya atau menyemirnya dengan warna hitam.
Maka dari dalil-dalil di atas sudah cukup kiranya untuk menunjukkan haramnya mencukur jenggot karena hal tersebut menyelisihi sunnah Rasulullah shallallaahu’alaihi wasallam dan mengikuti kepada hawa nafsu juga menyerupai orang-orang yang dilaknat dan dimurkai Allah ta’ala.
“Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus”. (Al Maa’idah : 77)
“Dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu, Sesungguhnya kamu -kalau begitu- termasuk golongan orang-orang yang zalim.” (Al Baqarah : 145 )

Sabtu, 01 November 2014


Dahsyatnya Keajaiban Sedekah

Sedekah adalah penolak bala, penyubur pahala, dan melipatgandakan rezeki; sebutir benih menumbuhkan tujuh bulir, yang pada tiap-tiap bulir itu terjurai seratus biji. Suatu hari datanglah dua orang akhwat yang mengaku baru kembali dari kampung halamannya di kawasan Jawa Tengah. Keduanya kemudian bercerita tentang sebuah kejadian luar biasa yang dialaminya ketika pulang kampung dengan naik bus antarkota, beberapa hari sebelumnya. Di tengah perjalanan, bus yang ditumpanginya terkena musibah, bertabrakan dengan dahsyatnya. Seluruh penumpang mengalami luka berat. Bahkan para penumpang yang duduk di dekatnya meninggal seketika dengan bersimbah darah. Dari seluruh penumpang tersebut hanya dua akhwat itulah yang selamat dengan tidak terluka sedikit pun.

Mengapa mereka ditakdirkan Allah selamat? Menurut pengakuan keduanya, ada dua amalan yang dikerjakan keduanya waktu itu, yakni ketika hendak berangkat mereka sempat bersedekah terlebih dahulu dan selama dalam perjalanan selalu melafadzkan zikir. Sahabat, tidaklah kita ragukan lagi, inilah sebagian dari keutamaan bersedekah. Allah pasti menurunkan balasannya pada saat dibutuhkan dengan jalan yang tidak pernah disangka-sangka. ALLAH adalah Zat yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang kepada semua hamba-Nya. Bahkan kepada kita yang hampir setiap desah napas selalu membangkang perintah-Nya, Dia tetap saja mengucurkan rahmat-Nya yang tiada terkira. Segala amalan yang kita perbuat, amal baik ataupun amal buruk, pasti akan kembali kepada kita. Demikian juga jika kita berbicara soal harta yang kini ada di genggaman kita.

Demi Allah, semuanya datang dari Allah yang Mahakaya. Dititipkan-Nya kepada kita tiada lain supaya kita bisa beramal dan bersedekah dengan sepenuh keikhlasan. Kemudian kita akan mendapatkan balasan pahala dari pada-Nya, baik ketika di dunia ini maupun saat menghadap-Nya kelak. Dari pengalaman kongkret kedua akhwat di atas, dengan penuh keyakinan kita dapat menangkap bukti yang dijanjikan Allah SWT dan Rasul-Nya, bahwa sekecil apapun harta yang disedekahkan dengan ikhlas, niscaya akan tampak betapa dahsyat balasan dari-Nya. Boleh jadi, inilah yang menyebabkan Rasulullah SAW memerintahkan para sahabatnya yang tengah bersiap pergi menuju medan perang Tabuk, agar mengeluarkan sedekah. Saat itu Allah menurunkan ayat tentang sedekah kepada Rasulullah SAW, bahwa perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir yang pada tiap-tiap bulir itu terjurai seratus biji.

Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui (QS. Al-Baqarah: 261). Seruan Rasul itu disambut seketika oleh Abdurrahman bin Auf dengan menyerahkan empat ribu dirham seraya berkata, "Ya Rasulullah, harta milikku hanya delapan ribu dirham. Empat ribu dirham aku tahan untuk diri
dan keluargaku, sedangkan empat ribu dirham lagi aku serahkan di jalan Allah". "Allah memberkahi apa yang engkau tahan dan apa yang engkau berikan," jawab Rasulullah SAW. Kemudian datang sahabat lainnya, Usman bin Affan. "Ya Rasul, saya akan melengkapi (menyumbang) peralatan dan pakaian bagi mereka yang belum mempunyainya," ujarnya.

Adapun Ali bin Abi Thalib ketika itu hanya memiliki empat dirham. Ia pun segera menyedekahkan satu dirham waktu malam, satu dirham saat siang hari, satu dirham secara terang-terangan, dan satu dirham lagi secara diam-diam. Kenapa para sahabat begitu antusias dan spontan menyambut seruan untuk bersedekah? Tiada lain karena mereka yakin akan balasan yang berlipat ganda sebagaimana telah dijanjikan Allah dan Rasul-Nya. Sedekah adalah penyubur pahala, penolak bala, dan pelipat ganda rezeki; sebutir benih menumbuhkan tujuh bulir, yang pada tiap-tiap bulir itu terjurai seratus biji. Artinya, Allah yang Mahakaya akan membalasnya hingga tujuh ratus kali lipat. Masya Allah!
Sahabat, betapa dahsyatnya sedekah yang dikeluarkan di jalan Allah yang disertai dengan hati ikhlas, sampai-sampai Rasul sendiri membuat perbandingan. 

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda, "Allah SWT menciptakan bumi, maka bumi pun bergetar. Lalu Allah pun menciptakan gunung dengan kekuatan yang telah diberikan kepadanya, ternyata bumi pun terdiam. Para malaikat terheran-heran akan penciptaan gunung tersebut. Kemudian mereka bertanya? 'Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada gunung?'.
Allah menjawab, 'Ada, yaitu besi'.
Para malaikat pun kembali bertanya, 'Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebihkuat dari pada besi?'.
Allah menjawab, 'Ada, yaitu api'.
Bertanya kembali para malaikat, 'Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada api?'.
Allah menjawab, 'Ada, yaitu air'.
'Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari air?,' tanya para malaikat.
Allah pun menjawab, 'Ada, yaitu angin'.
Akhirnya para malaikat bertanya lagi, 'Ya Allah adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih dari semua itu?'.
Allah yang Mahagagah menjawab, 'Ada, yaitu amal anak Adam yang mengeluarkan sedekah dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya tidak mengetahuinya'."

Rabu, 29 Oktober 2014


Tujuh Macam Indikator Kebahagiaan Dunia


Ibnu Abbas ra. adalah salah seorang sahabat Nabi SAW yang sangat telaten dalam menjaga dan melayani Rasulullah SAW, dimana ia pernah secara khusus didoakan Rasulullah SAW, selain itu pada usia 9 tahun Ibnu Abbas telah hafal Al-Quran dan telah menjadi imam di mesjid. Suatu hari ia ditanya oleh para Tabi'in (generasi sesudah wafatnya Rasulullah SAW) mengenai apa yang dimaksud dengan kebahagiaan dunia. Jawab Ibnu Abbas ada 7 (tujuh) indikator kebahagiaan dunia, yaitu :

Pertama, Qalbun syakirun atau hati yang selalu bersyukur.

Memiliki jiwa syukur berarti selalu menerima apa adanya (qona’ah), sehingga tidak ada ambisi yang berlebihan, tidak ada stress, inilah nikmat bagi hati yang selalu bersyukur. Seorang yang pandai bersyukur sangatlah cerdas memahami sifat-sifat Allah SWT, sehingga apapun yang diberikan Allah ia malah terpesona dengan pemberian dan keputusan Allah. Bila sedang kesulitan maka ia segera ingat sabda Rasulullah SAW yaitu : "Kalau kita sedang sulit perhatikanlah orang yang lebih sulit dari kita". Bila sedang diberi kemudahan, ia bersyukur dengan memperbanyak amal ibadahnya, kemudian Allah pun akan mengujinya dengan kemudahan yang lebih besar lagi. Bila ia tetap “bandel” dengan terus bersyukur maka Allah akan mengujinya lagi dengan kemudahan yang lebih besar lagi. Maka berbahagialah orang yang pandai bersyukur!

Kedua. Al azwaju shalihah, yaitu pasangan hidup yang sholeh.

Pasangan hidup yang sholeh akan menciptakan suasana rumah dan keluarga yang sholeh pula. Di akhirat kelak seorang suami (sebagai imam keluarga) akan diminta pertanggungjawaban dalam mengajak istri dan anaknya kepada kesholehan. Berbahagialah menjadi seorang istri bila memiliki suami yang sholeh, yang pasti akan bekerja keras untuk mengajak istri dan anaknya menjadi muslim yang sholeh. Demikian pula seorang istri yang sholeh, akan memiliki kesabaran dan keikhlasan yang luar biasa dalam melayani suaminya, walau seberapa buruknya kelakuan suaminya. Maka berbahagialah menjadi seorang suami yang memiliki seorang istri yang sholeh.

Ketiga, al auladun abrar, yaitu anak yang soleh.

Saat Rasulullah SAW lagi thawaf. Rasulullah SAW bertemu dengan seorang anak muda yang pundaknya lecet-lecet. Setelah selesai thawaf Rasulullah SAW bertanya kepada anak muda itu : "Kenapa pundakmu itu ?" Jawab anak muda itu : "Ya Rasulullah, saya dari Yaman, saya mempunyai seorang ibu yang sudah udzur. Saya sangat mencintai dia dan saya tidak pernah melepaskan dia. Saya melepaskan ibu saya hanya ketika buang hajat, ketika sholat, atau ketika istirahat, selain itu sisanya saya selalu menggendongnya". Lalu anak muda itu bertanya: " Ya Rasulullah, apakah aku sudah termasuk kedalam orang yang sudah berbakti kepada orang tua ?" Nabi SAW sambil memeluk
anak muda itu dan mengatakan: "Sungguh Allah ridho kepadamu, kamu anak yang soleh, anak yang
berbakti, tapi anakku ketahuilah, cinta orangtuamu tidak akan terbalaskan olehmu". Dari hadist tersebut
kita mendapat gambaran bahwa amal ibadah kita ternyata tidak cukup untuk membalas cinta dan
kebaikan orang tua kita, namun minimal kita bisa memulainya dengan menjadi anak yang soleh,
dimana doa anak yang sholeh kepada orang tuanya dijamin dikabulkan Allah. Berbahagialah kita bila
memiliki anak yang sholeh.

Keempat, albiatu sholihah, yaitu lingkungan yang kondusif untuk iman kita.

Yang dimaksud dengan lingkungan yang kondusif ialah, kita boleh mengenal siapapun tetapi
untuk menjadikannya sebagai sahabat karib kita, haruslah orang-orang yang mempunyai nilai tambah
terhadap keimanan kita. Dalam sebuah haditsnya, Rasulullah menganjurkan kita untuk selalu bergaul
dengan orang-orang yang sholeh. Orang-orang yang sholeh akan selalu mengajak kepada kebaikan
dan mengingatkan kita bila kita berbuat salah. Orang-orang sholeh adalah orang-orang yang bahagia
karena nikmat iman dan nikmat Islam yang selalu terpancar pada cahaya wajahnya. Insya Allah
cahaya tersebut akan ikut menyinari orang-orang yang ada disekitarnya. Berbahagialah orang-orang
yang selalu dikelilingi oleh orang-orang yang sholeh.

Kelima, al malul halal, atau harta yang halal.

Paradigma dalam Islam mengenai harta bukanlah banyaknya harta tetapi halalnya. Ini tidak
berarti Islam tidak menyuruh umatnya untuk kaya. Dalam riwayat Imam Muslim di dalam bab sadaqoh,
Rasulullah SAW pernah bertemu dengan seorang sahabat yang berdoa mengangkat tangan. "Kamu
berdoa sudah bagus", kata Nabi SAW, "Namun sayang makanan, minuman dan pakaian dan tempat
tinggalnya didapat secara haram, bagaimana doanya dikabulkan”. Berbahagialah menjadi orang yang
hartanya halal karena doanya sangat mudah dikabulkan Allah. Harta yang halal juga akan menjauhkan
setan dari hatinya, maka hatinya semakin bersih, suci dan kokoh, sehingga memberi ketenangan
dalam hidupnya. Maka berbahagialah orang-orang yang selalu dengan teliti menjaga kehalalan
hartanya.

Keenam, Tafakuh fi dien, atau semangat untuk memahami agama.

Semangat memahami agama diwujudkan dalam semangat memahami ilmu-ilmu agama Islam.
Semakin ia belajar, maka semakin ia terangsang untuk belajar lebih jauh lagi ilmu mengenai sifat-sifat
Allah dan ciptaan-Nya. Allah menjanjikan nikmat bagi umat-Nya yang menuntut ilmu, semakin ia belajar
semakin cinta ia kepada agamanya, semakin tinggi cintanya kepada Allah dan rasul-Nya. Cinta inilah
yang akan memberi cahaya bagi hatinya. Semangat memahami agama akan meng ”hidup” kan
hatinya, hati yang “hidup” adalah hati yang selalu dipenuhi cahaya nikmat Islam dan nikmat iman. Maka
berbahagialah orang yang penuh semangat memahami ilmu agama Islam.

Ketujuh, yaitu umur yang baroqah.

Umur yang baroqah itu artinya umur yang semakin tua semakin sholeh, yang setiap detiknya diisi dengan amal ibadah. Seseorang yang mengisi hidupnya untuk kebahagiaan dunia semata, maka hari tuanya akan diisi dengan banyak bernostalgia (berangan-angan) tentang masa mudanya, iapun cenderung kecewa dengan ketuaannya (post-power syndrome). Disamping itu pikirannya terfokus pada bagaimana caranya menikmati sisa hidupnya, maka iapun sibuk berangan-angan terhadap kenikmatan dunia yang belum ia sempat rasakan, hatinya kecewa bila ia tidak mampu menikmati kenikmatan yang diangankannya. Sedangkan orang yang mengisi umurnya dengan banyak mempersiapkan diri untuk akhirat (melalui amal ibadah) maka semakin tua semakin rindu ia untuk bertemu dengan Sang Penciptanya. Hari tuanya diisi dengan bermesraan dengan Sang Maha Pengasih. Tidak ada rasa takutnya untuk meninggalkan dunia ini, bahkan ia penuh harap untuk segera merasakan keindahan alam kehidupan berikutnya seperti yang dijanjikan Allah. Inilah semangat “hidup” orang-orang yang baroqah umurnya, maka berbahagialah orang-orang yang umurnya baroqah.

Demikianlah pesan-pesan dari Ibnu Abbas ra. mengenai 7 indikator kebahagiaan dunia.
Bagaimana caranya agar kita dikaruniakan Allah ke tujuh buah indikator kebahagiaan dunia tersebut ? Selain usaha keras kita untuk memperbaiki diri, maka mohonlah kepada Allah SWT dengan sesering dan se-khusyu’ mungkin membaca doa ‘sapu jagat’ , yaitu doa yang paling sering dibaca oleh Rasulullah SAW. Dimana baris pertama doa tersebut “Rabbanaa aatina fid dun-yaa hasanaw” (yang artinya “Ya Allah karuniakanlah aku kebahagiaan dunia ”), mempunyai makna bahwa kita sedang meminta kepada Allah ke tujuh indikator kebahagiaan dunia yang disebutkan Ibnu Abbas ra, yaitu hati yang selalu syukur, pasangan hidup yang soleh, anak yang soleh, teman-teman atau lingkungan yang soleh, harta yang halal, semangat untuk memahami ajaran agama, dan umur yang baroqah.

Walaupun kita akui sulit mendapatkan ketujuh hal itu ada di dalam genggaman kita, setidak-tidaknya kalau kita mendapat sebagian saja sudah patut kita syukuri.
Sedangkan mengenai kelanjutan doa sapu jagat tersebut yaitu “wa fil aakhirati hasanaw” (yang artinya “dan juga kebahagiaan akhirat”), untuk memperolehnya hanyalah dengan rahmat Allah. Kebahagiaan akhirat itu bukan surga tetapi rahmat Allah, kasih sayang Allah. Surga itu hanyalah sebagian kecil dari rahmat Allah, kita masuk surga bukan karena amal soleh kita, tetapi karena rahmat Allah.
Amal soleh yang kita lakukan sepanjang hidup kita (walau setiap hari puasa dan sholat malam) tidaklah cukup untuk mendapatkan tiket masuk surga. Amal soleh sesempurna apapun yang kita lakukan seumur hidup kita tidaklah sebanding dengan nikmat surga yang dijanjikan Allah.
Kata Nabi SAW, “Amal soleh yang kalian lakukan tidak bisa memasukkan kalian ke surga”. Lalu para sahabat bertanya: “Bagaimana dengan Engkau ya Rasulullah ?”. Jawab Rasulullah SAW : “Amal soleh saya pun juga tidak cukup”. Lalu para sahabat kembali bertanya : “Kalau begitu dengan apa kita
masuk surga?”. Nabi SAW kembali menjawab : “Kita dapat masuk surga hanya karena rahmat dan kebaikan Allah semata”.
Jadi sholat kita, puasa kita, taqarub kita kepada Allah sebenarnya bukan untuk surga tetapi untuk mendapatkan rahmat Allah. Dengan rahmat Allah itulah kita mendapatkan surga Allah (Insya Allah, Amiin).

Pengantar Doa Mustajab


Dalam suatu riwayat dari Ibnu Abi Hatim disebutkan bahwa Jibril pernah berkata kepada Nabi saw,: “Tidakkah aku diutus kepada seseorang yang lebih aku cintai daripada ketika aku diutus kepadamu. Maukah aku ajarkan kepadamu (kalimat pembuka) doa yang aku simpan khusus untukmu, yang belum pernah aku ajarkan kepada seorang pun sebelummu, yang dapat engkau baca sewaktu berdoa dengan harap-harap cemas? Yaitu bacalah:


ورُ السَّ مَ وَ اتِ وَ الا رَْ ضِ وَ يَاق يَُّومَ السَّ مَ وَ اتِ وَ الا رَْ ضِ وَ يَاصَ مَ دَ ◌ُ يَانُمَ وَ اتِ وَ الا رَْ ضِ وَ يَا جَ مَ الَ السَّ مَ وَ اتِ ◌َ السَّ مَ وَ اتِ وَ الا رَْ ضِ وَ يَازَ ينَ السَّوَ الا رَْ ضِ وَ يَاذَ اا لجَ لا لِ وَ الاِ كْ رَ امِ وَ يَاغَ وْ ثَ ا لمُ سْ تًغِ ي ثِ ينَ وَ مُ ن تَه ى رَ غْ بَةِرِّ جَ ا لغَ مِّ عَ نِ ا لمَ غْ مُ وْ مِ ينَ ◌َ ا لعَ ا بدِ ينَ وَ مُ نَف سِ ا لكَ رْ بِ عَ نِ ا لمَ كْ رُ وْبِ ينَ وَ مُ فَوَ صَ رِ يخَ ا لمُ سْ تَصْ رِ خِ ينَ وَ مُ جِ يبَ سُ ؤَ الِ العَ ا بدِِ ينَ


“Wahai Dzat yang menerangi langit dan bumi, Wahai Dzat yang mengurus langit dan bumi, Wahai Dzat yang menahan langit da bumi, Wahai Dzat yang menghiasi langit dan bumi, Wahai Dzat yang memperindah langit dan bumi, Wahai Dzat yang memiliki keagungan dan kemuliaan, Wahai Dzat yang menjadi tempat memohon pertolongan bagi mereka yang memohonnya, Wahai Dzat yang menjadi puncak harapan para ahli ibadah, Wahai Dzat yang melepaskan beragam kesulitan dari mereka yang dilandanya, Wahai Dzat yang menghilangkan kecemasan dari mereka yang ditimpanya, Wahai Dzat yang memberi pertolongan kepada mereka yang memohonnya, dan Wahai Dzat yang mengabulkan permohonan para hamba-Nya….”
Selanjutnya, silahkan engkau berdoa kepada Allah dengan doa yang menyangkut urusan dunia dan akhirat”

Keutamaan Bertaubat Kepada Allah


Tentang dorongan dan anjuran untuk bertobat, Al Qur'an berbicara:
"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri." (QS. Al Baqarah: 222).
Maka derajat apa yang lebih tinggi dari pada mendapatkan kasih sayang Rabb semesta alam.
Dalam menceritakan tentang ibadurrahman yang Allah SWT berikan kemuliaan dengan menisbahkan mereka kepada-Nya, serta menjanjikan bagi mereka surga, di dalamnya mereka mendapatkan ucapan selamat dan mereka kekal di sana, serta mendapatkan tempat yang baik. Firman Allah SWT:
"Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan)dosa(nya)." (QS. Al Furqaan: 68-70.).

Keutamaan apalagi yang lebih besar dari pada orang yang bertaubat itu mendapatkan ampunan dari Allah SWT , hingga keburukan mereka digantikan dengan kebaikan?
Dan dalam penjelasan tentang keluasan ampunan Allah SWT dan rahmat-Nya bagi orang-orang yang bertaubat. Allah SWT berfirman:
"Katakanlah: "Hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Az-Zumar: 53)
Ayat ini membukakan pintu dengan seluas-luasnya bagi seluruh orang yang berdosa dan melakuan kesalahan. Meskipun dosa mereka telah mencapai ujung langit sekalipun. Seperti sabda Rasulullah Saw:
"Jika kalian melakukan kesalahan-kesalahan (dosa) hingga kesalahan kalian itu sampai ke langit, kemudian kalian bertaubat, niscaya Allah SWT akan memberikan taubat kepada kalian." (Hadist diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Abi Hurairah, dan ia menghukumkannya sebagai hadits hasan dalam kitab sahih Jami' Shagir - 5235)

Di antara keutamaan orang-orang yang bertaubat adalah: Allah SWT menugaskan para malaikat muqarrabin untuk beristighfar bagi mereka serta berdo'a kepada Allah SWT agar Allah SWT menyelamatkan mereka dari azab neraka. Serta memasukkan mereka ke dalam surga. Dan menyelamatkan mereka dari keburukan. Mereka memikirkan urusan mereka di dunia, sedangkan para malaikat sibuk dengan mereka di langit. Allah SWT berfirman:
"(Malaikat-malaikat) yang memikul 'arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): "Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang bernyala-nyala, ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka kedalam surga 'Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara bapak -bapak mereka, dan istri-istri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, dan peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan. Dan orang-orang yang Engkau pelihara dari(pembalasan?)kejahatan pada hari itu maka sesungguhnya telah Engkau anugerahkan rahmat kepadanya dan itulah kemenangan yang besar." (QS.Ghaafir: 7-9).

Terdapat banyak ayat dalam Al Qur'an yang mengabarkan akan diterimanya taubat orang-orang yang melakukan taubat jika taubat mereka tulus, dengan banyak redaksi. Dengan berdalil pada kemurahan karunia Allah SWT, ampunan dan rahmat-Nya, yang tidak merasa sempit dengan perbuatan orang yang melakukan maksiat, meskipun kemaksiatan mereka telah demikian besar.
Seperti dalam firman Allah SWT:
"Tidakkah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hambahambaNya dan menerima zakat, dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang? ." (QS. At-Taubah: 104) "Dan Dialah Yang menerima taubat dari hamba-hambaNya dan memaafkan kesalahankesalahan." (QS. Asy-Syuuraa: 25) Dan dalam menyipati Dzat Allah SWT: "Yang mengampuni dosa dan menerima taubat." (QS. Ghaafir: 3) Terutama orang yang bertaubat dan melakukan perbaikan. Atau dengan kata lain, orang yang bertaubat dan melakukan amal yang saleh. Seperti dalam firman Allah SWT dalam masalah pria dan wanita yang mencuri: "Maka barangsiapa yang bertaubat (di antara pencuri-pencuri itu) sesudah melakukan kejahatan itu, dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya.

Sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Maaidah: 39) "Tuhanmu telah menetapkan atas diriNya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barangsiapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya, dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al An'aam: 54)
"Kemudian, sesungguhnya Tuhanmu (mengampuni) bagi orang-orang yang mengerjakan kesalahan karena kebodohannya, kemudian mereka bertaubat setelah itu, dan memperbaiki ( dirinya) sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. An-Nahl: 119) Puja-puji terhadap Allah SWT dengan nama-Nya "at-Tawwab" (Maha Penerima Taubat) terdapat dalam al Quran sebanyak sebelas tempat. Seperti dalam do'a Ibrahim dan Isma'il a.s.:
"Dan terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkaulah yang Maha penerima taubat lagi Maha Penyayang." (QS. Al Baqarah: 128). Juga seperti dalan sabda Nabi Musa kepada Bani Israil setelah mereka menyembah anak sapi: "Maka bertaubatlah kepada Tuhan Yang menjadikan kamu, dan bunuhlah dirimu. Hal itu adalah lebih baik bagimu, pada sisi Tuhan Yang menjadikan kamu, maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah yang Maha Penerima taubat dan Maha Penyayang ." (QS. Al Baqarah: 54) Allah SWT berfirman kepada Rasul-Nya:
"Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohon ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. An-Nisa: 64)

Miliki Kemerdekaan Mental


“Seperti kain kanvas, apabila dibiarkan ditempat gulungan. Ia tidak bernilai apa-apa, kecuali sekadar kain.enjadi berbeda, manakala kain kanvas diletakkan dalam frame. Lalu, ditorehkan berbagai macam warna yang harmoni. Harga kain kanvas itu dapat melompat menjadi lebih mahal. Tidak hanya ratusan ribu. Tapi, lebih dari itu, yakni ratusan milyar rupiah.”

Syaikh Muhammad Fadhlullāh az-Zamani

Setiap orang dilahirkan ke dunia dengan membawa kreatifitas. Namun kebanyakan manusia membiarkan potensi kreatif tersebut. Sehingga sampai kapan pun. Dia tetap tidak mengalami perubahan yang berkemanfaatan.
Adalah, sebuah resiko. Apabila muncul ide dan gagasan baru selalu diikuti dengan benturan. Anda harus sadar, bahwa dari benturan itulah, Anda akan menjadi manusia matang kepribadiannya.Hidup Anda harus terus-menerus melahirkan banyak ide dan gagasan. Jangan takut dengan yang mengahalangi ide-ide Anda. Sebab, seni dan romantika hidup, apabila seseorang itu mampu melampaui rintangan yang menghadangnya.
Merdekakan mental Anda, dengan memberikan ruang gerak padanya. Guna melihat ke masa depan, dan mengevaluasi masa lalu yang telah dilaluinya. Mental yang merdeka akan dianugerahi Allah swt, mampu membedakan mana yang benar dan yang buruk. Mental yang merdeka, niscaya commitment and consistent (CC) dengan kebenaran. Mental yang merdeka hanya terikat dengan sikap mental Menomor-satukan Allah.
Adapun mental terbudak. Apabila mental itu menyandar kepada banyak kekuatan. Sehingga lahirlah kehendak hawa nafsu yang menjadikan keterbudakan gaya baru. Inilah kehancuran!

Miliki Gaya Berpikir

Setiap manusia ditakdirkan Allah azza wa jalla memiliki gaya berpikir. Secara umum gaya berpikir seorang manusia, meliputi tiga hal: 1).Berpikir Akal Sehat; 2).Berpikir Alam Bawah Sadar; dan 3).Berpikir Akal Budi.
Berpikir Akal Sehat (conscious mind). Anda memberdayakan akal sehat untuk menangkap segala hal yang terlihat, terdengar, dan yang terpikirkan. Lalu, Anda mengambil keputusan. Diikuti atau ditolak. Menerima atau membuangnya. Mengkajinya secara seksama, antara kemanfaatan dan kemadlaratan. Kebanyakan orang menjadikan akal sehatnya sebagai “pedoman” hidup, guna meraih kebahagiaan hidup.
Berpikir Alam Bawah Sadar (subconscious mind). Anda memiliki bank data yang hebat. Yaitu, alam bawah sadar (albasa) Anda. Dia telah mencatat segenap hal yang telah Anda jalani dalam hidup dan kehidupan. Dia hanya menjalankan apa-apa yang Anda perintahkan. Bahkan, albasa Anda terus bertanggung jawab dengan totalitas kehidupan Anda. Termasuk rutinitas aktifitas dan segenap kinerja organ tubuh Anda. Sayang hanya sedikit orang, yang mau menjadikan albasa bagian penting dalam memberdayakan kehidupan seseorang.

Berpikir Akal Budi (super-conscious mind). Anda dengan akal budi yang Anda miliki, akan menjadikan diri Anda mempunyai kemampuan untuk mencapai sasaran-sasaran yang telah Anda gagaskan. Akal budi Anda adalah sumber dari setiap inspirasi, imajinasi, emosi, intelegensi, kreasi, inovasi, dan aspirasi. Akal budi Anda mampu menggerakkan sekaligus memberdayakan akal sehat dan albasa Anda. Dia-lah yang memiliki kemampuan menggerakkan diri Anda, dalam rangka meraih sasaran-sasaran yang telah Anda tentukan. Akal budi Anda adalah Kecerdasan Rasa yang Anda miliki. Dia-lah Kecerdasan Intuisi yang Anda punyai. Yang akan membimbing Anda menemukan kebenaran hidup. Yaitu, hidup yang: Sehat; Sejahtera; dan Bahagia (SSB).
Apabila ketiga gaya berpikir di atas dipadukan secara seimbang, sesuai dengan fungsi dan sasaran yang hendak dicapai. Anda akan melakukan perubahan Cara Berpikir yang mampu mendorong terjadinya Perubahan Perilaku dan Perubahan mindSET. Yang menjadikan diri Anda berubah lebih cepat, lebih cermat, lebih akurat, dan lebih bermanfaat; insya Allah.

Segera Munculkan Kreativitas

Kebanyakan manusia yang berhasil lagi mampu memberikan nilai kemanfaatan buat orang lain dan lingkungan. Adalah, mereka yang termotivasi dengan: 1).Adanya sasaran-sasaran yang hendak dicapai; 2).Adanya problematika yang pelik; 3).Adanya pertanyaan-pertanyaan yang terfokus; dan 4).Kondisi yang sangat menghimpit, biasanya akal sehat sudah tidak lagi mampu memberikan solusi.
Apabila Anda mampu menyelaraskan gaya berpikir, dengan cara merubah Cara Berpikir dan merubah mindSET. Keempat motivator di atas akan menjadikan diri Anda benar-benar kreatif.
Itulah sebabnya, Anda harus menanamkan niat yang benar. Sehingga Anda akan mendapatkan hasil yang dapat Anda rasakan. Kebanyakan orang tidak pernah bersungguh-sungguh dalam berniat. Yang didapatkan, sekadar asal-asalan, dan akibatnya tidak pernah mencapai titik optimal.
Keempat motivator di atas harus Anda jadikan mesin roket Anda, guna menjadi Manusia Mulia (Human Elyon). Yaitu, seorang manusia yang: Iman; Islam; dan Ihsan (triple i)-nya terus meningkat. Sehingga meraih capaian hidup yang: Sehat; Sejahtera; dan Bahagia (SSB), serta wafatnya khusnul khatimah.

Lawan Diri Sendiri

Kendala seseorang untuk maju, datangnya selalu dari diri sendiri. Inilah faktor terbesar yang menjadikan manusia mengalami banyak kegagalan dalam hidup. Sebaliknya, seseorang yang mampu Melawan Diri Sendiri (MDS). Dia akan meraih kesuksesan hidup. Dia-lah seorang juara sejati. Bagaimana dengan Anda? Sudah mampukah Anda memaksimalkan MDS Anda?
Memaksimalkan MDS sungguh perjuangan yang sangat berat. Tetapi, Anda tidak boleh menyerah. Anda harus segera memiliki mindSET. “Bismillah. Saya mampu Melawan Diri Sendiri. Tolonglah saya. Pasti Engkau menolong saya, ya Allah.”
Apabila Anda telah mampu memaksimalkan MDS. Anda berarti telah memberdayakan segenap intelegensi yang dianugerahkan Allah azza wa jalla kepada Anda. Seperti intelegensi: verbal, matematis, fisik, musikal, visual spesial, interpersonal, intrapersonal, entrepreneurial, intuitif, dan abstrak.
Intelegensi Verbal.Adalah, kemampuan berbahasa yang dimiliki oleh seseorang. Menggunakan bahasa yang baik lagi benar, cermin keberhasilan sebuah komunikasi. Keberhasilan komunikasi seseorang merupakan kesuksesan seseorang dalam hidupnya.
Intelegensi Matematis. Adalah, kemampuan menggunakan angka sebagai alat ukur di kehidupan sehari-hari. Mulai dari penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian.
Intelegensi Fisik. Adalah, kemampuan fisik yang mendukung keberhasilan seseorang, di mana keberhasilan itu dapat dicapai dengan menjadikan fisik sebagai alat ukurnya.
Intelegensi Musikal. Adalah, kemampuan olah rasa dan olah cipta, hingga menghasilkan getaran jiwa yang terejawantahkan keterwakilannya ke dalam ritme dan harmoninya berbagai macam bunyi-bunyian, melalui alat-alat musik.
Intelegensi Visual Spesial. Adalah, kemampuan seseorang dalam membaca ruang, sehingga terciptalah berbagai macam bentuk, bangun, dan pola.
Intelegensi Interpersonal. Adalah, kemampuan seseorang di dalam berkomunikasi, bernegosiasi, memberikan pengaruh, dan mengajak orang lain. Yang didukung dengan beberapa karakter, seperti memiliki kepekaan yang sangat tinggi atas: pemikiran-pemikiran, perasaan, motivasi, dan kehendak-kehendak yang kuat yang dimiliki oleh orang lain.
Intelegensi Intrapersonal. Adalah, kemampuan seseorang di dalam menyadari keberadaan dirinya. Yang mana diawali dengan proses pencerahan, seperti memiliki: kesadaran diri (self-awareness); pemahaman diri (self-understanding); dan penerimaan diri (self-acceptance). Inilah kemampuan tahu diri seseorang yang akan menjadikannya berhasil dalam kehidupan sosial.
Intelegensi Entrepreneurial. Adalah, kemampuan seseorang di dalam membaca peluang pasar. Kecerdasan ini akan mendorong setiap manusia yang mempunyainya, terus melakukan terobosan, yang sekaligus menjawab setiap tantangan dan perubahan yang terjadi di dalam pasar (bisnis).
Intelegensi Intuitif. Adalah, kemampuan seseorang guna merasakan kebenaran atau keburukan dalam sebuah keadaan, untuk menilai orang lain dengan cepat lagi akurat, selalu mendapatkan ide-ide baru di luar akal sehat, menciptakan pandangan-pandangan baru yang bermanfaat. Semua itu diperoleh karena latihan-latihan yang disiplin dan terus-menerus. Inilah Kecerdasan Rasa yang terlatih karena selalu mau mendengarkan kata hatinya.

Intelegensi Abstrak. Adalah, kemampuan seseorang di dalam menerjemahkan ide atau gagasan yang datangnya tiba-tiba. Sifat kecerdasan ini konseptual. Di mana mampu mensintesakan setiap yang dilihat, didengar, dirasakan, dan yang terlintas dalam alam bawah sadar (albasa)-nya.
Intelegensi Holistik. Adalah, kemampuan seseorang dalam melahirkan keadaan fitrahnya, yang didukung oleh wahyu, sehingga termotivasi untuk menjadi manusia yang utuh; lahir maupun batin, fisik atau pun psikis, personal atau sosial. Kecerdasan ini selalu mendorong manusia untuk menyadari, bahwa manusia itu makhluk berke-Tuhan-an.
Bagaimana dengan Anda? Anda termasuk orang yang memiliki intelegensi yang mana, dari berbagai macam intelegensi di atas. Apabila Anda sudah memiliki sebagian dari yang disebutkan di atas, segera maksimalkan.
Sebaliknya, intelegensi yang belum Anda kembangkan, segera berdayakan. Anda dilahirkan ke dunia disertai dengan berbagai macam kemampuan (kecerdasan). Boleh jadi kecerdasan manusia tidak hanya seperti paparan di atas. Bentuk dan ragamnya boleh jadi lebih banyak lagi; wa-llāhu a’lam.

Cara Belajar

Prinsipnya Anda harus CC (commitment and consistent) dengan BDM (Belajar-Diajar-Mengajar). Segera milikilah gaya belajar yang Anda sukai. Tapi, secara prinsip setiap manusia belajar dengan cara: Visual, Auditory, dan Kinestesis (VAK).
Visual. Cara belajar dengan lebih banyak memfungsikan indera penglihatan. Kaum visualis lebih menajamkan kemampuan idera penglihatan, guna mendapatkan informasi, ilmu, dan data. Tuntutan kaum visualis, segala sesutu itu harus dapat ditangkap oleh indera penglihatan. Jumlah kaum visualis sekitar 50% dari jumlah penduduk.
Auditory. Cara belajar dengan lebih banyak memfungsikan indera pendengaran. Kaum auditoris lebih memfokuskan kemampuan idera pendengaran, guna memperoleh informasi, ilmu, dan data. Tuntutan kaum auditoris, segala sesuatu itu harus dapat
ditangkap oleh indera pendengaran. Jumlah kaum auditoris sekitar 40% dari jumlah penduduk.
Kinestesis. Cara belajar dengan banyak melakukan sentuhan langsung atau mengerjakan secara langsung. Kaum kinestesis lebih banyak memberdayakan skill dan kemampuan praktek, dalam rangka mendapatkan informasi dan pengetahuan. Sehingga dia memperoleh ilmu dan data, guna meningkatkan skill dan kemampuannya. Tuntutan kaum kinestesis, segala sesuatu itu harus dapat diraba, dipegang, dan dipraktekkan. Jumlah kaum kinestesis tidak begitu banyak dalam sebuah populasi.

Profetis. Cara belajar dengan banyak melakukan penggalian dan pendalaman atas wahyu Allah azza wa jalla. Dengan jalan memberdaya-gunakan kemampuan visual, verbal (auditory), dan intuisi. Fokus belajarnya lebih banyak pada perenungan dan mujahadah (latihan olah jiwa dan olah rasa). Tuntutan kaum profetis, segala sesuatu itu harus ditafakuri, ditadaburi, dan dirasakan. Sehingga pasca belajar seseorang dapat lebih asketis, guna menjaga kemurnian jiwa dan kesucian batin. Jumlah kaum profetis sangat sedikit dari jumlah populasi yang ada. Biasanya kaum profetis ini adalah para guru Islam yang shalih, pelaku asketis Islam, dan pesuluk tazkiah. Atau, yang lazim dikenal sebagai kaum mutashawwifin.
mindSTORMING
Biasakan Anda menulis ide-ide Anda. Sekaligus Anda memberikan jawaban-jawaban. Latih diri Anda menjawab dengan yang tidak lazim dalam kehidupan sosial. Karena biasanya orang lain banyak yang meremehkannya. Sifat mindSTROMING privasi. Contoh, bagaimana untuk menyapu halaman rumah yang luas? Bisa Anda jawab dengan menggunakan kipas angin –mungkin pakai helikopter. Atau, malah Anda jumput satu per satu sambil dzikrullah setiap menjumput sampah.
Lakukan dan nikmati! Niscaya Anda akan memiliki banyak ide-ide segar yang bemanfaat, yang sebelumnya tidak pernah dipikirkan oleh orang lain di mana pun.
brainSTROMING
Biasakan Anda melakukan brainSTORMING.

Langkahnya:
1).Buat kelompok--5-7 orang;
2).Buat ide sebanyak-banyaknya, dan berusaha ide itu tidak mendapatkan kritikan, cemoohan, dan ledekan;
3).Miliki quantumTIMING antara 20-45 menit, guna memahamkan ide-ide tersebut kepada teman-teman Anda; 4).Dorong semua anggota untuk mengeluarkan idenya masing-masing, dan bertanggung jawab dengan ide yang digagasnya; 5).Buat catatan-catatan yang rapi, urut, dan jelas dari setiap ide yang muncul, baik dari Anda sendiri maupun dari kolega Anda; dan 6).quantumTIMING harus dijalankan, lalu evaluasi ide-ide yang telah mengalami curah gagasan (CG).
Hasilnya sungguh luar biasa. Anda akan terbiasa memiliki ide dalam kondisi yang bagaimana pun, kapan pun, dan di mana pun. Buktikan!

Jadilah Orang Yang Hidup

Apabila Anda hendak menunjukkan bahwa Anda masih hidup. Berpikirlah! Merdekakan mental Anda. Guna menjadi yang terbaik dalam kehidupan Anda. Orang mati, adalah orang yang tidak berpikir. Dari pikiran Anda. Anda akan mampu melahirkan banyak ide dan gagasan. Semakin banyak melakukan latihan mengeluarkan ide dan gagasan. Pikiran Anda akan terus-menerus terlatih untuk menjadi yang terbaik.
Ada dua yang belum Anda lakukan dalam hidup ini. Sehingga Anda masih terkungkung dengan Cara Berpikir yang salah. Itulah sebabnya, alfaqir mendorong Anda untuk keluar dari kukungan Cara Berpikir yang salah tersebut. Hingga akhirnya Anda menjadi seorang yang brilian dan jenius. Karena telah mampu memberdayakan kekuatan pikiran (brainPOWER), menjadi sebuah kultur berpikir. Dengan demikian, Anda akan memiliki kedisiplinan berpikir dan keindahan berpikir.
Dua hal yang belum Anda lakukan itu, adalah: Pertama. Mau menerima kenyataan, bahwa sebenarnya Anda terlahir ke dunia ini sebagai orang yang cerdas, brilian, dan jenius. Sudah barangtentu cerdas menurut cara Anda sendiri. Brilian menurut cara Anda sendiri. Dan, jenius menurut cara Anda sendiri. Anda tidak usah memusingkan dengan penilaian-penilaian dan banyaknya ukuran-ukuran. Tapi, segera lakukan menilai diri Anda sendiri, sehingga segera melakukan Perubahan Perilaku. Di samping segera menetapkan ukuran buat Anda sendiri. Sehingga Anda benar-benar berkemampuan dan memiliki kehandalan. Karena Anda yang hendak melakukan Perubahan Perilaku. Pilihlah cara yang paling Anda sukai. Sehingga Anda benar-benar merdeka mentalnya dari banyak ketergantungan.
Dan, yang Kedua. Anda belum mempraktekkan apa-apa yang telah alfaqir paparan dalam tulisan ini. Kuncinya, Anda harus banyak melakukan latihan-latihan dari apa-apa yang telah terpaparkan dalam tulis ini. Apabila Anda mau titen-tlaten-open (TTO), niscaya Anda panen (berhasil).
Jadilah, Anda orang yang hidup di dunia sebagai orang yang berhasil. Jangan menjadi orang yang bangkrut!

Latihlah Diri Anda!

1. Buatlah deretan pertanyaan, guna memfokuskan sasaran-sasaran yang hendak Anda tuju. Lalu, buatlah masing-masing pertanyaan itu dengan memberikan jawaban lebih dari 10 jawaban.
2. Buatlah daftar masalah yang seringkali menjadi halangan dalam merealisasikan gagasan-gagasan Anda. Kemudian, jawablah dengan solusi yang sederhana dan dapat dikerjakan langsung.
3. Fokuskan pada sasaran yang ditetapkan sebagai skala prioritas. Lalu, pertanyakan, “Mengapa sampai detik ini belum tercapai?”
4. Pertajam kemampuan intelegensi-intelejensi Anda. Dan, rasakan intelejensi mana yang paling dominan. Serta, intelejensi mana yang menjadi daya dukungnya. Yang menjadikan Anda berbeda dengan orang lain.
5. Di bidang apa Anda pernah berprestasi?
6. Pada kegiatan apa, sehingga Anda merasakan benar-benar be happy dan Anda benar-benar terlibat secara integral.
Tentukan jadwal kegiatan, dan fokuskan waktu pada kegiatan yang menjadikan Anda benar-benar merasa be & happy dan terlibat secara integral.