Senin, 27 Oktober 2014


Adab Berdzikir Yang Baik


Hakikat zikir adalah kehadiran hati, oleh karena itu Orang yang berzikir harus berusaha keras untuk merealisasikannya, memikirkan makna zikir yang dibacanya dan memahami maknanya.
Zikir itu dapat dilakukan dengan hati dan dengan lisan, tetapi yang lebih utama adalah bila dilakukan dengan hati dan lisan secara bersamaan. Jika hanya dilakukan dengan salah satunya, maka yang lebih utama adalah yang dilakukan dengan hati. Sebaiknya zikir dengan lisan dan hati jangan ditinggalkan hanya karena khawatir disangka riya (pamer), bahkan seseorang dianjurkan zikir dengan keduanya dan membulatkan niatnya hanya karena Allah SWT. Al Fudhail mengatakan, "Meninggalkan amal karena manusia disebut riya', dan amal karena manusia disebut syirik, sedang ikhlas adalah bila Allah menyelamatkan dirimu dari keduanya."

Orang yang melakukan zikir dianjurkan dalam keadaan paling sempurna. Jika ia sambil duduk di suatu tempat, hendaklah menghadapkan dirinya ke arah kiblat, dan duduk dengan sikap yang penuh rasa khusuk, merendahkan diri, tenang, anggun, dan menundukkan kepala. Jikalau ia melakukam zikir bukan dengan cara tersebut, diperbolehkan. Tidak makruh jika hal tersebut dilakukan karena uzur, tetapi jika tanpa uzur, berarti dia telah meninggalkan hal yang paling utama.
Tempat yang digunakan untuk berzikir hendaknya sepi dan bersih. Sesungguhnya hal tersebut lebih utama dalam menghormati zikir dan yang dizikiri. Karena itu melakukan zikir di dalam masjid dan tempat-tempat terhormat merupakan hal yang terpuji. Al Imam Jalil ibnu Maisaroh ra. Mengatakan janganlah menyebut asma Allah melainkan di tempat yang baik.
Mulut orang yang berzikir pun hendaknya bersih, apabila bau mulutnya berubah, hendaklah menghilangkanya terlebih dahulu dengan bersiwak. Jika pada mulutnya terdapat najis, hendaklah dihilangkan terlebih dahulu dengan air. Seandainya seseorang melakukan zikir atau membaca Al Quran, sedangkan mulutnya najis maka hukumnya makruh.

Bila ada orang yang mengucapkan salam kepadanya, ia boleh menjawab salam tersebut, kemudian melanjutkan kembali zikirnya.Jika ada orang yang bersin dihadapannya, ia boleh mentasymitnya (Mengucapkan yarhamukallah), kemudian melanjutkan kembali zikirnya. Bila khotib memulai khotbahnya, ia harus menghentikan zikirnya.Bila ia mendengar azan, ia boleh menjawab kalimat-kalimat azan dan iqomah, kemudian melanjutkan kembali zikirnya.Apabila ada perkara munkar terjadi dihadapannya, ia harus melenyapkannya; atau melihat perkara makruh ia harus membimbingnya; atau ada orang meminta petunjuk, maka ia boleh memberinya petunjuk, kemudian kembali lagi pada zikirnya.Zikir-zikir yang disyariatkan di dalam sholat dan lainnya, tiada sesuatupun diantaranya yang dihitung atau dianggap, melainkan orang tersebut mengucapkannya sehingga mendengar apa yang diucapkannya kecuali bila ada halangan (penyakit) baginya.
Orang yang terbiasa berzikir di waktu malam atau siang atau sesudah sholat atau dalam keadan tertentu, bila ia melewatkannya, dianjurkan menggantinya dan mengerjakannya bila ada waktu senggang dan jangan dilalaikan. Di dalam Sahih Muslim disebutkan bahwa Rasulullah SAW, bersabda:"Barang siapa yang tertidur meninggalkan wirid bacaan Al Qur'annya atau sebagian darinya, lalu ia membacanya diantara Subuh dan Dzuhur, maka dicatatkan baginya seakan-akan ia membacanya di malalam hari.”

Bagi orang yang berhadas, jinabah, wanita haid dan nifas boleh berzikir baik dengan hati maupun dengan lisan, yaitu zikir yang berupa tasbih, tahlil, tahmid, takbir, sholawat, do'a dll, tetapi haram membaca Al Qur'an baik sedikit atau banyak, sebagian atau seluruh ayat, kecuali bila dibaca di dalam hati atau ayat- ayat tertentu seperti bila tertimpa musibah, diperbolehkan mengucapkan kalimat "innaa lillaahi wa innaa ilaihi rooji'uun" (QS. Al Baqarah: 156) dan ayat- ayat lain dengan syarat tidak berniat membaca Al-Qur'an, melainkan hanya sekedar berdo'a dan berzikir.
Zikir merupakan hal yang dianjurkan dalam semua keadaan, kecuali dalam keadaan tertentu yaitu makruh melakukan zikir ketika sedang duduk menunaikan hajat (Buang air), ketika sedang jimak, ketika khotib sedang khotbah (Mendengarkannya lebih utama), ketika sedang berdiri dalam sholat ( karena menuntut orang tersebut untuk membaca Al Qur'an), dan ketika mengantuk. Tetapi tidak makruh berzikir di jalan, dan ditempat mandi (tidak terdapat WC di dalamnya).
Demikianlah sebagian adab dan tata cara berzikir yang diambil dari buku Khasiat Zikir dan Doa, yang merupakan terjemahan dari kitab Al Adzkaarun Nawawiyah. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk kita semuanya. Amiin.

Syeikh Abul Qasim al-Qusyairy
Allah swt. berfirman:
"Ingatlah, hanya kepunyaan Allah lah agama yang bersih (dari syirik)." (Q.s. Az Zumar: 3).
Anas bin Malik r.a. menuturkan bahwa Rasulullah saw. bersabda:
"Belenggu tidak akan masuk ke dalam hati seorang Muslim jika ia menetapi tiga perkara: IkhIas beramal hanya bagi Allah swt, memberikan nasihat yang tulus kepada penguasa, dan tetap berkumpul dengan masyarakat Muslim." (H.r. Ahmad, dikategorikan shahih oleh Ibnu Hibban dan Ibnu Hajar).
Ikhlas berarti bermaksud menjadikan Allah swt. sebagai satu-satunya sesembahan. Sikap taat dimaksudkan adalah taqarrub kepada Allah swt, mengesampingkan yang lain dari makhluk, apakah itu sifat memperoleh pujian ataupun penghormatan dari manusia. Ataupun konotasi kehendak selain taqarrub kepada Allah swt. semata. Dapat dikatakan, "Keikhlasan berarti menyucikan amal-amal perbuatan dari campur tangan sesama makhluk" Dikatakan juga, "Keikhlasan berarti melindungi diri sendiri dari urusan individu-individu manusia."
Nabi saw. ditanya, apakah ikhlas itu? Nabi saw. bersabda:
'Aku bertanya kepada Jibril as. tentang ikhlas, apakah ikhlas itu? Lalu Jibril berkata, Aku bertanya kepada Tuhan Yang Maha Suci tentang ikhlas, apakah sebenarnya?'Allah swt. menjawab, 'Suatu rahasia dari rahasia-Ku yang Aku tempatkan di hati hamba-hamba-Ku yang Kucintai." (H.r. Al Qazwini, riwayat dari Hudzaifah).
Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq berkata, "Keikhlasan adalah menjaga diri dari campur tangan makhluk, dan sifat shidq berarti membersihkan diri dari kesadaran akan diri sendiri. Orang yang ikhlas tidaklah bersikap riya' dan orang yang jujur tidaklah takjub pada diri sendiri."
Dzun Nuun al-Mishry berkomentar,
"Keikhlasan hanya tidak dapat dipandang sempurna, kecuali dengan cara menetapi dengan sebenar-benarnya dan bersabar untuknya. Sedangkan jujur hanya dapat dipenuhi dengan cara berikhlas secara terus-menerus.”

Abu Ya'qub as-Susy mengatakan,
"Apabila mereka melihat keikhlasan di dalam keikhlasannya, maka keikhlasan mereka itu memerlukan keikhlasan lagi."
Dzun Nuun al-Mishry menjelaskan, ‘
Ada tiga tanda keikhlasan: Manakala orang yang bersangkutan memandang pujian dan celaan manusia sama saja; melupakan amal ketika beramal; dan jika ia lupa akan haknya untuk memperoleh pahala di akhirat karena amal baiknya."
Abu Utsman al-Maghriby mengatakan, "Keikhlasan adalah keadaan dimana nafsu tidak memperoleh kesenangan. Ini adalah ikhlas orang awam. Mengenai ikhlas manusia pilihan (khawash), keikhlasan datang kepada mereka bukan dengan perbuatan mereka sendiri. Amal kebaikan lahir dari mereka, tetapi mereka menyadari perbuatan baiknya bukan dari diri sendiri, tidak pula, peduli terhadap amalnya. Itulah keikhlasan kaum pillhan.”
Abu Bakr ad-Daqqaq menegaskan,
"Cacat keikhlasan dari masing-masing orang yang ikhlas adalah penglihatannya akan keikhlasannya itu, jika Allah swt. menghendaki untuk memurnikan keikhlasannya, dia akan menggugurkan keikhlasannya dengan cara tidak memandang keikhlasannya sendiri dan jadilah ia sebagai orang yang diikhlaskan Allah swt. (mukhlash), bukannya berikhlas (mukhlish)."
Sahl berkata,
"Hanya orang yang ikhlas (mukhlish) sajalah yang mengetahui riya'."
Abu Sa'id al-Kharraz menegaskan,
"Riya' kaum 'arifin lebih baik daripada ikhlas para murid."
Dzun Nuun berkata,
"Keikhlasan adalah apa yang dilindungi dari kerusakan musuh."
Abu Utsman mengatakan,
"Keikhlasan adalah melupakan pandangan makhluk melalui perhatian yang terus-menerus kepada Khalik."

Hudzaifah al-Mar'asyi berkomentar, "Keikhlasan berarti bahwa perbuatan-perbuatan si hamba adalah sama, baik lahir maupun batinnya.”
Dikatakan, "Keikhlasan adalah sesuati yang dengannya Allah swt. berkehendak dan dimaksudkan tulus dalam ucapan serta tindakan." Dikatakan pula, "Keikhlasan berarti
Abu Ya'qub as-Susy mengatakan, "Apabila mereka melihat keikhlasan di dalam keikhlasannya, maka keikhlasan mereka itu memerlukan keikhlasan lagi."
Dzun Nuun al-Mishry menjelaskan, ‘
Ada tiga tanda keikhlasan: Manakala orang yang bersangkutan memandang pujian dan celaan manusia sama saja; melupakan amal ketika beramal; dan jika ia lupa akan haknya untuk memperoleh pahala di akhirat karena amal baiknya."
Abu Utsman al-Maghriby mengatakan, "Keikhlasan adalah keadaan dimana nafsu tidak memperoleh kesenangan. Ini adalah ikhlas orang awam. Mengenai ikhlas manusia pilihan (khawash), keikhlasan datang kepada mereka bukan dengan perbuatan mereka sendiri. Amal kebaikan lahir dari mereka, tetapi mereka menyadari perbuatan baiknya bukan dari diri sendiri, tidak pula, peduli terhadap amalnya. Itulah keikhlasan kaum pillhan.”
Abu Bakr ad-Daqqaq menegaskan,
"Cacat keikhlasan dari masing-masing orang yang ikhlas adalah penglihatannya akan keikhlasannya itu, jika Allah swt. menghendaki untuk memurnikan keikhlasannya, dia akan menggugurkan keikhlasannya dengan cara tidak memandang keikhlasannya sendiri dan jadilah ia sebagai orang yang diikhlaskan Allah swt. (mukhlash), bukannya berikhlas (mukhlish)."
Sahl berkata,
"Hanya orang yang ikhlas (mukhlish) sajalah yang mengetahui riya'."
Abu Sa'id al-Kharraz menegaskan,
"Riya' kaum 'arifin lebih baik daripada ikhlas para murid."
Dzun Nuun berkata,
"Keikhlasan adalah apa yang dilindungi dari kerusakan musuh."
Abu Utsman mengatakan,
"Keikhlasan adalah melupakan pandangan makhluk melalui perhatian yang terus-menerus kepada Khalik."

Hudzaifah al-Mar'asyi berkomentar, "Keikhlasan berarti bahwa perbuatan-perbuatan si hamba adalah sama, baik lahir maupun batinnya.”
Dikatakan, "Keikhlasan adalah sesuati yang dengannya Allah swt. berkehendak dan dimaksudkan tulus dalam ucapan serta tindakan." Dikatakan pula, "Keikhlasan berarti
Seorang ilmuwan yang penemuannya sehebat Gallileo, Newton dan Einstein yang berhasil membuktikan tentang keterkaitan antara Al Qur'an dan rancang struktur tubuh manusia adalah Dr. Ahmad Khan. Dia adalah lulusan Summa Cumlaude dari Duke University. Walaupun ia ilmuwan muda yang tengah menanjak, terlihat cintanya hanya untuk Allah dan untuk penelitian genetiknya. Ruang kerjanya yang dihiasi kaligrafi, kertas-kertas penghargaan, tumpukan buku-buku kumal dan kitab suci yang sering dibukanya, menunjukkan bahwa ia merupakan kombinasi dari ilmuwan dan pecinta kitab suci.

Salah satu penemuannya yang menggemparkan dunia ilmu pengetahuan adalah ditemukannya informasi lain selain konstruksi Polipeptida yang dibangun dari kodon DNA. Ayat pertama yang mendorong penelitiannya adalah Surat "Fussilat" ayat 53 yang juga dikuatkan dengan hasil-hasil penemuan Profesor Keith Moore ahli embriologi dari Kanada.
Penemuannya tersebut diilhami ketika Khatib pada waktu salat Jumat membacakan salah satu ayat yang ada kaitannya dengan ilmu biologi. Bunyi ayat tersebut adalah sebagai berikut:
"...Sanuriihim ayatinaa filafaaqi wa fi anfusihim hatta yatabayyana lahum annahu ul-haqq..."
Yang artinya; Kemudian akan Kami tunjukkan tanda-tanda kekuasaan kami pada alam dan dalam diri mereka, sampai jelas bagi mereka bahwa ini adalah kebenaran".
Hipotesis awal yang diajukan Dr. Ahmad Khan adalah kata "ayatinaa" yang memiliki makna "Ayat Allah", dijelaskan oleh Allah bahwa tanda- tanda kekuasaanNya ada juga dalam diri manusia. Menurut Ahmad Khan ayat-ayat Allah ada juga dalam DNA (Deoxy Nucleotida Acid) manusia.
Selanjutnya ia beranggapan bahwa ada kemungkinan ayat Alquran merupakan bagian dari gen manusia.

Dalam dunia biologi dan genetika dikenal banyaknya DNA yang hadir tanpa memproduksi protein sama sekali. Area tanpa produksi ini disebut Junk DNA atau DNA sampah. Kenyataannya DNA tersebut menurut Ahmad Khan jauh sekali dari makna sampah. Menurut hasil hasil risetnya, Junk DNA tersebut merupakan untaian firman-firman Allah sebagai pencipta serta sebagai tanda kebesaran Allah bagi kaum yang berpikir. Sebagaimana disindir oleh Allah: "Afala tafakaruun " (apakah kalian tidak mau bertafakur atau menggunakan akal pikiran?).

Setelah bekerjasama dengan adiknya yang bernama Imran, seorang yang ahli dalam analisis sistem, laboratorium genetiknya mendapatkan proyek dari pemerintah. Proyek tersebut awalnya ditujukan untuk meneliti gen kecerdasan pada manusia. Dengan kerja kerasnya Ahmad
Khan berupaya untuk menemukan huruf Arab yang mungkin dibentuk dari rantai Kodon pada kromosom manusia. Sampai kombinasi tersebut menghasilkan ayat-ayat Al Qur'an. Akhirnya pada tanggal 2 Januari tahun 1999 pukul 2 pagi, ia menemukan ayat yang pertama "Bismillah ir Rahman ir Rahiim. "Iqra bismirrabbika ladzi Khalq", "Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan". Ayat tersebut adalah awal dari surat Al-A'laq yang merupakan surat pertama yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad di Gua Hira. Anehnya setelah penemuan ayat pertama tersebut ayat lain muncul satu persatu secara cepat. Sampai sekarang ia telah berhasil menemukan 1/10 ayat Alquran.
Dalam wawancara yang dikutip "Ummi" edisi 6/X/99, Ahmad Khan menyatakan: "Saya yakin penemuan ini luar biasa, dan saya mempertaruhkan karier saya untuk ini. Saya membicarakan penemuan saya dengan dua rekan saya; Clive dan Martin seorang ahli genetika yang selama ini sinis terhadap Islam. Saya menyurati dua ilmuwan lain yang selama ini selalu alergi terhadap Islam yaitu Dan Larhammar dari Uppsala University Swedia dan Aris Dreisman dari Universitas Berlin.
Ahmad Khan kemudian menghimpun penemuan-penemuannya dalam beberapa lembar kertas yang banyak memuat kode-kode genetika rantai kodon pada cromosome manusia yaitu; T, C, G, dan A masing-masing kode Nucleotida akan menghasilkan huruf Arab yang apabila dirangkai akan menjadi firman Allah yang sangat mengagumkan.

Di akhir wawancaranya Dr. Ahmad Khan berpesan "Semoga penerbitan buku saya "Alquran dan Genetik", semakin menyadarkan umat Islam, bahwa Islam adalah jalan hidup yang lengkap. Kita tidak bisa lagi memisahkan agama dari ilmu politik, pendidikan atau seni. Semoga non muslim menyadari bahwa tidak ada gunanya mempertentangkan ilmu dengan agama.
Demikian juga dengan ilmu-ilmu keperawatan. Penulis berharap akan datang suatu generasi yang mendalami prinsip-prinsip ilmu keperawatan yang digali dari agama Islam. Hal ini dapat dimulai dari niat baik para pemegang kebijakan (decission maker) yang beragama Islam baik di institusi pendidikan atau pada level pemerintah. Mem-fasilitasi serta memberi dukungan secara moral dan finansial.

Terbukanya tabir hati ahli Farmakologi Thailand Profesor Tajaten Tahasen, Dekan Fakultas Farmasi Universitas Chiang Mai Thailand, baru- baru ini menyatakan diri masuk Islam saat membaca makalah Profesor Keith Moore dari Amerika. Keith Moore adalah ahli Embriologi terkemuka dari Kanada yang mengutip surat An-Nisa ayat 56 yang menjelaskan bahwa luka bakar yang cukup dalam tidak menimbulkan sakit karena ujung-ujung syaraf sensorik sudah hilang. Setelah pulang ke Thailand Tajaten menjelaskan penemuannya kepada mahasiswanya, akhirnya mahasiswanya sebanyak 5 orang menyatakan diri masuk Islam.
Bunyi dari surat An-Nisa tersebut antara lain sbb :
"Sesungguhnya orang-orang kafir terhadap ayat-ayat kami, kelak akan kami masukkan mereka ke dalam neraka, setiap kali kulit mereka terbakar hangus, kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain agar mereka merasakan pedihnya azab. "Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."

Ditinjau secara anatomi lapisan kulit kita terdiri atas 3 lapisan global yaitu; Epidermis, Dermis, dan Sub Cutis. Pada lapisan Sub Cutis banyak mengandung ujung-ujung pembuluh darah dan syaraf. Pada saat terjadi Combustio grade III (luka bakar yang telah menembus sub cutis) salah satu tandanya yaitu hilangnya rasa nyeri daripasien.
Hal ini disebabkan karena sudah tidak berfungsinya ujung-ujung serabut syaraf afferent dan efferent yang mengatur sensasi persepsi. Itulah sebabnya Allah menumbuhkan kembali kulit yang rusak pada saat ia menyiksa hambaNya yang kafir supaya hambaNya tersebut dapat merasakan pedihnya azab Allah tersebut.

Mahabesar Allah yang telah menyisipkan firman-firmannya dan informasi sebagian kebesaranNya lewat sel tubuh, kromosom, pembuluh darah, pembuluh syaraf dsb. Rabbana makhalqta hada batila, Ya...Allah tidak ada sedikit pun yang engkau ciptakan itu sia-sia.
Dari bahtera menuju Islam Seorang pakar kelautan menyatakan betapa terpesonanya ia kepada Al Qur'an yang telah memberikan jawaban dari pencariannya selama ini.
Prof. Jackues Yves Costeau seorang oceanografer, yang sering muncul di televisi pada acara Discovey, ketika sedang menyelam menemukan beberapa mata air tawar di tengah kedalaman lautan. Mata air tersebut berbeda Kadar kimia, warna dan rasanya serta tidak bercampur dengan air laut yang lainnya. Bertahun-tahun ia berusaha mengadakan penelitian dan mencari jawaban misteri tersebut.
Sampai suatu hari bertemu dengan seorang profesor muslim, kemudian ia menjelaskan tentang ayat Al Qur'an Surat Ar-Rahman ayat 19-20 dan surat Al-Furqon ayat 53. Awalnya ayat itu ditafsirkan muara sungai tetapi pada muara sungai ternyata tidak ditemukan mutiara.
Terpesonalah Mr. Costeau sampai ia masuk Islam. Kutipan ayat tersebut antara lain sbb:
"Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan, yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit, dan Dia jadikan antar-keduanya dinding dan batas yang menghalang" (QS Al-Furqon: 53).
Demikianlah sebagian dari tanda-tanda kebesaran Allah, yang ditunjukkan kepada kita, semoga kita dapat mengambil hikmah darinya.
Maha benar Allah dengan segala firmannya.

KEYAKINAN DAN PRASANGKA BAIK

Seorang murid mendambakan syeikh yang akan menyampaikannya kepada Allah. Meski sudah berusaha keras, ia tak berhasil menemukan syeikh yang diidamkan. Suatu hari ada yang berkata kepadanya bahwa ia tidak akan menemukan seorang syeikh yang dapat menyampaikannya kepada Allah kecuali Fulan bin Fulan yang tinggal disuatu kota. Ia pun segera berangkat ke kota itu. Setelah sampai di sana, ia menanyakan tentang orang yang dimaksud. Penghuni kota menun- jukkan kepadanya seorang lelaki yang berperangai buruk dan suka bermaksiat. Ia mendatangi rumah orang itu dan mengetuk pintunya.
“Siapa?" tanya pemilik rumah.
"Fulan," jawabnya.
Pemilik rumah sedang menunggu orang yang kebetulan namanya sama dengan nama si murid. Ia telah berjanji kepadanya untuk bersenang-senang dengan wanita dan minuman memabukkan. Ia lalu membukakan pintu karena mengira bahwa tamu itu adalah temannya.
Si murid masuk ke dalam rumah. Ketika menatap wajah pemilik rumah, ia lalu duduk bersimpuh dan menangis. Pertemuan dengan sang calon syeikh ini begitu mengharukannya sehingga ia tidak melihat wanita-wanita dan minuman keras yang ada di situ.
"Apa yang terjadi denganmu?" tanya pemilik rumah keheranan.
"Aku ingin agar kamu menyampaikan aku kepada Allah. Aku telah berusaha mencari guru, tetapi tidak menemukan selain kamu," kata si murid dengan suara sendu.
Karena ingin segera terbebas dari orang yang tampak aneh ini, lelaki itu berkata sekenanya, "Pergilah ke tempat A, di bawah gunung B. Di sana akan kamu temukan air. Berwudhulah dengan air itu kemudian beribadahlah di situ sampai Allah memberimu fath."
Si murid segera keluar melaksanakan perintah syeikhnya. Ia beribadah dengan sungguh-sungguh sampai akhirnya Allah memberinya fath. Setelah menerima fath dari Allah, ia akhirnya tahu bahwa orang yang selama ini dianggap sebagai syeikhnya ternyata adalah manusia yang berperangai buruk dan suka bermaksiat kepada Allah.

Si murid kemudian mulai dikenal orang. Kesalehannya menjadi buah bibir masyarakat. Manusia mulai berdatangan, ada yang ingin menuntut ilmu, ada juga yang sekedar ingin memperoleh keberkahan. Bertambah hari muridnya bertambah banyak. Suatu hari ia jatuh sakit. Ketika penyakitnya menjadi semakin parah, para muridnya bertanya, "Guru, siapa yang akan kamu angkat untuk mengantikan kedudukanmu jika kamu wafat."
"Fulan bin Fulan yang suka bermaksiat. Karena itu, bertawajuhlah kalian kepada Allah, berdoalah, agar sebelum aku meninggal dunia, Allah telah merubah keadaannya menjadi yang terbaik, dan memberinya petunjuk, karena sesungguhnya aku tidak akan mencapai kedudukan ini kalau bukan karena dia. Bertawajuhlah kepada Allah!"
Allah mengabulkan doa mereka. Lelaki itu bertobat dan menjadi murid dari mantan muridnya. Ia berusaha sungguh-sungguh untuk mendekatkan diri kepada Allah di bawah bimbingan gurunya. Sepeninggal sang guru, ia dipercaya untuk menggantikan kedudukannya.
Barangsiapa bertobat, Allah akan menerima tobatnya. Karena lelaki tadi mendekatkan diri kepada Allah dengan sidq (kesungguhan), ia mencapai kedudukan yang tinggi. Barang siapa menghadap Allah dengan sidq, ia akan mencapai apa yang telah dicapai oleh orang-orang yang sempurna. (I:136)
Habib Muhammad bin Hadi bin Hasan bin Abdurrahman Asseqaf, Tuhfatul Asyraf, Kisah dan Hikmah

DIALOG IMAM ABU HANIFAH DENGAN ILMUWAN KAFIR

Imam Abu Hanifah pernah bercerita : "Ada seorang ilmuwan besar dari kalangan bangsa Romawi, tapi ia orang kafir. Ulama-ulama Islam membiarkan saja, kecuali seorang, yaitu Hammad guru Abu Hanifah, oleh karena itu dia segan bila bertemu dengannya.
Pada hari kedua, manusia berkumpul di masjid, orang kafir itu naik mimbar dan mau mengadakan tukar pikiran dengan siapa saja, dia hendak menyerang ulama-ulama Islam. Di antara shof-shof masjid bangun seorang laki-laki muda, dialah Abu Hanifah, dan ketika sudah berada dekat depan mimbar, dia berkata :"Inilah saya, hendak tukar pikiran dengan tuan".
Mata Abu Hanifah berusaha untuk menguasai suasana, namun dia tetap merendahkan diri karena mudanya. Namun dia pun angkat bicara :"Katakan pendapat tuan!". Ilmuwan kafir itu heran akan keberanian Abu Hanifah, lalu bertanya :"Masuk akalkah bila dikatakan bahwa ada pertama yang tidak ada apa-apa sebelumnya?". "Benar, tahukah tuan tentang hitungan?", tanya Abu Hanifah. "Ya". "Apa itu sebelum angka satu?". "Ia adalah pertama, dan yang paling pertama. Tak ada angka lain sebelum angka satu", jawab sang kafir itu. "Demikian pula Allah Swt".
"Di mana Dia sekarang? Sesuatu yang ada mesti ada tempatnya", tanya si kafir tersebut. "Tahukah tuan bagaimana bentuk susu?". "Ya". "Adakah di dalam susu itu keju?". "Ya". "Di mana, di sebelah mana tempatnya keju itu sekarang?", tanya Abu Hanifah. "Tak ada tempat yang khusus. Keju itu menyeluruh meliputi dan bercampur dengan susu!", jawab ilmuwan kafir itu. "Begitu pulalah Allah, tidak bertempat dan tidak ditempatkan", jelas Abu Hanifah.
"Ke arah manakah Allah sekarang menghadap? Sebab segala sesuatu pasti punya arah?", tanya orang kafir itu. "Jika tuan menyalakan lampu, ke arah manakah sinar lampu itu menghadap?", tanya Abu Hanifah. "Sinarnya menghadap ke semua arah". "Begitu pulalah Allah Pencipta langit dan bumi".
"Ya! Apa yang sedang Allah kerjakan sekarang?". "Tuan menjawab pertanyaan-pertanyaan saya dari atas mimbar, sedangkan saya menjawabnya dari atas lantai. Maka untuk menjawab pertanyaan tuan, saya mohon tuan turun dari atas mimbar dan saya akan menjawabnya di tempat tuan", pinta Abu Hanifah.

Ilmuwan kafir itu turun dari mimbarnya, dan Abu Hanifah naik di atas. "Baiklah, sekarang saya akan menjawab pertanyaan tuan. Tuan bertanya apa pekerjaan Allah sekarang?". Ilmuwan kafir mengangguk. "Pekerjaan-Nya sekarang, ialah bahwa apabila di atas mimbar sedang berdiri seorang kafir seperti tuan, Dia akan menurunkannya seperti sekarang, sedangkan apabila ada seorang mu`min di lantai, dengan segera itu pula Dia akan mengangkatnya ke atas mimbar, demikian pekerjaan Allah setiap waktu". Para hadirin puas dan begitu pula orang kafir itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar